Parang Kalimantan: Lebih dari Sekadar Senjata Tradisional, Alat Serbaguna dan Simbol Kehidupan

Bagi para pria yang tertarik dengan warisan budaya dan senjata tradisional Indonesia, khususnya dari Pulau Kalimantan, parang adalah salah satu yang paling umum dan memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Lebih dari sekadar senjata tradisional untuk berburu atau bertahan hidup, parang adalah alat serbaguna yang menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan tradisi di berbagai suku di Kalimantan. Mari kita mengenal lebih dekat senjata tradisional yang praktis dan kuat ini.

Parang Kalimantan adalah senjata tradisional berbilah tunggal yang umumnya memiliki ukuran lebih panjang dan tebal dibandingkan dengan mandau. Panjang bilahnya bervariasi, mulai dari sekitar 50 sentimeter hingga lebih dari satu meter. Bentuk bilah parang juga beragam, ada yang lurus, sedikit melengkung, atau melebar di bagian ujungnya, disesuaikan dengan fungsi spesifiknya. Hulu (pegangan) parang biasanya terbuat dari kayu keras yang sederhana namun kuat dan nyaman digenggam. Sarung (kumpang) parang umumnya terbuat dari kayu dan dirancang untuk melindungi bilah serta memudahkan dibawa saat bekerja di hutan atau ladang.

Sejarah penggunaan parang di Kalimantan telah berlangsung sangat lama dan meluas di berbagai suku. Berbeda dengan mandau yang lebih memiliki konotasi spiritual dan simbolik yang kuat, parang lebih dikenal sebagai senjata tradisional yang sangat fungsional. Parang digunakan untuk berbagai keperluan sehari-hari, mulai dari menebang pohon dan semak belukar, membersihkan lahan pertanian, memotong kayu, hingga berburu dan melindungi diri dari binatang buas. Bahkan, menurut catatan seorang ahli botani yang melakukan penelitian di pedalaman Kalimantan pada tahun 2024 dan dipublikasikan pada tanggal 20 Mei 2025, parang adalah alat utama yang digunakan masyarakat lokal untuk membuka jalur di hutan dan mengumpulkan hasil hutan.

Meskipun lebih dikenal karena fungsinya yang praktis, parang juga memiliki nilai budaya dan tradisi. Bentuk dan ukuran parang dapat bervariasi antar suku di Kalimantan, mencerminkan adaptasi terhadap lingkungan dan kebutuhan spesifik masing-masing komunitas. Dalam beberapa upacara adat atau kegiatan komunal, parang terkadang juga ditampilkan sebagai simbol kerja keras dan kemandirian. Pada sebuah acara gotong royong membuka lahan pertanian di sebuah desa di Kalimantan Tengah pada hari Sabtu, 17 Mei 2025, hampir semua pria dewasa membawa parang sebagai alat utama mereka. Seorang kepala desa bernama Bapak Jaya menjelaskan bahwa parang adalah simbol persatuan dan kerja sama dalam komunitas mereka.

Mengenal parang Kalimantan lebih dekat bukan hanya tentang memahami sebuah senjata tradisional, tetapi juga tentang mengapresiasi kepraktisan, ketahanan, dan keterkaitannya yang erat dengan kehidupan sehari-hari masyarakat di Pulau Kalimantan. Parang adalah pengingat akan kemandirian, kerja keras, dan kemampuan adaptasi manusia terhadap alam.