Memadukan Karya Sastra ke dalam Kurikulum Merdeka Belajar

Memadukan Karya Sastra ke dalam kurikulum pendidikan adalah langkah progresif yang disambut baik, khususnya dalam semangat Kurikulum Merdeka Belajar. Selama ini, sastra seringkali dianggap sebagai pelengkap atau bahkan terpinggirkan, padahal potensi pengembangannya sangat besar untuk membentuk karakter dan meningkatkan kemampuan kognitif siswa. Artikel ini akan mengulas bagaimana integrasi Karya Sastra ini dapat memperkaya pengalaman belajar dan menumbuhkan kecintaan terhadap literatur.

Secara tradisional, pengajaran sastra di sekolah cenderung berfokus pada analisis struktur atau penghafalan nama pengarang dan judul. Pendekatan ini seringkali gagal membangkitkan minat siswa terhadap sastra itu sendiri. Namun, dengan Kurikulum Merdeka, ada ruang lebih besar untuk mengeksplorasi sastra secara kontekstual dan relevan. Tujuan utamanya bukan sekadar menghafal, melainkan memahami, menghayati, dan mengapresiasi nilai-nilai yang terkandung dalam setiap teks.

Memadukan Karya Sastra ke dalam berbagai mata pelajaran, tidak hanya bahasa Indonesia, dapat memberikan manfaat yang luar biasa. Misalnya, dalam pelajaran sejarah, siswa bisa menganalisis novel sejarah untuk memahami kondisi sosial dan politik suatu era. Dalam pelajaran etika atau pendidikan agama, cerita pendek atau puisi dapat digunakan untuk memicu diskusi tentang moralitas dan nilai-nilai kemanusiaan. Pendekatan lintas disiplin ini membuat sastra menjadi lebih hidup dan relevan bagi siswa.

Manfaat lain dari Memadukan Karya Sastra adalah pengembangan keterampilan berpikir kritis dan empati. Melalui penokohan, alur cerita, dan latar, siswa diajak untuk memahami perspektif yang berbeda, menganalisis motivasi karakter, dan merasakan emosi yang kompleks. Kemampuan ini sangat penting di dunia yang semakin kompleks dan beragam. Sastra juga membantu meningkatkan kemampuan berbahasa, memperkaya kosakata, dan melatih daya imajinasi siswa.

Sebagai contoh konkret, pada lokakarya peningkatan kompetensi guru yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi di Balai Diklat Pegawai Kemendikbud, Jakarta, pada hari Selasa, 22 Oktober 2024, pukul 09.00 WIB, para pendidik diajak untuk menyusun modul pembelajaran interaktif yang mengintegrasikan cerpen, puisi, dan drama ke dalam materi ajar. Acara tersebut dihadiri oleh perwakilan guru dari berbagai provinsi dan dipimpin oleh Bapak Dr. Pramono Adi, seorang ahli kurikulum dari Universitas Negeri Jakarta. Inisiatif semacam ini diharapkan dapat menjadi Jembatan Kesenjangan antara teori dan praktik, memastikan sastra tidak lagi menjadi mata pelajaran yang kering, melainkan sumber inspirasi dan pengetahuan yang tak terbatas.

Dengan Memadukan Karya Sastra secara efektif, Kurikulum Merdeka Belajar berpotensi menciptakan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kaya secara emosional, kritis, dan memiliki pemahaman mendalam tentang kemanusiaan. Ini adalah investasi jangka panjang untuk membangun bangsa yang berbudaya dan berkarakter kuat.